
Arsip Blog |

Opini publik cewek yogyakarta
Sebuah blog yang mengulas realita cewek yogyakarta pada malam hari
Mahasiswa Hedonis Jogja | 17.44 |
Filed under:
Gaya Hidup
|
Sudah pernah keliling ke tempat tempat hiburan kaum muda di jogja? apakah anak, sodara, kakak, adik anda kuliah di Jogja? kalo iya sepertinya kita harus ekstra waspadaa..
Masih ingat kan hasil penelitian mas Iip Wijayanto yang katanya 97,05% mahasiswa Jogja kehilangan keperawanan? selengkapnya bisa dibaca disini
sebenarnya kalau menurut saya sih bukan valid tidaknya hasil penelitian mas iip itu yang bikin geger di kalangan para petinggi Jogja dan juga akademisi bahkan para mahasiswa Jogja yang merasa masih perawan. Yang lebih penting dari pengungkapan hasil penelitian ini adalah ada realitas bahwa budaya mahasiswa di Jogja sudah bergeser meninggalkan nilai-nilai kultural yang selama kita anut. dan anutan nilai kultural inipun tergantung dari masyarakat yang akan menganut nilai kultural mana/apa dan dicomot dari dunia sebelah mana, sah-sah saja dan bebas-bebas aja menurut hukum yang berlaku di Indonesia karena kita negara Sekuler yang tidak mengatur kehidupan keagamaan masyarakatnya.
Bisa jadi apa yang diucapkan mas Iip itu adalah suatu pesan kepada kita bahwa Budaya Jogja sedang mengalami pergeseran apabila tidak mau disebut dekadensi. dari budaya yang selama ini kita anut dan kita kenal ke budaya yang lainnya yang datang seiring banjir informasi yang sekarang melanda masyarakat indonesia. Tanpa kedewasaan berpikir maka apa yang terjadi yang dibanjirkan oleh informasi itu kita telan mentah-mentah tanpa dikunyah, padahal masyarakat kita tuh kebanyakan suka yang instan, informasi yang diambil juga instan gak ditelaah dulu baik-buruknya bagi dirinya.
Memang kehidupan Kos di Jogja sangatlah bebas, bebas sebebas-bebasnya seperti merpati keluar dari sangkarnya apalagi yang merasa rumah adalah penjaranya] Bahkan mahasiswa/i yang saya pikir tak mungkin melakukan hal-hal yang aneh-aneh dilihat dari latar belakang keluarga dan lingkungan tempat dia berasal ternyata sama saja. tidak perduli dia berjilbab atau tidak, kuliah di universitas keagamaan atau tidak. tempat untuk melakukan hal-hal aneh bisa dimana saja. kalau di tempat kos dilarang oleh ibu kos mereka akan meminjam kos teman dengan sedikit traktiran. atau lari ke motel yang bertebaran dijogja.
budaya hedonis ini di jogja sudah sedemikian terangbenderang, lihat di sepanjang jalan banyak sekali bertebaran spanduk, baliho, pamflet yang menawarkan hiburan dengan embel-embel erotik, seksi dancer dan disponsori pula oleh minuman2 beralkohol. semua jelas ditulis di spanduk2 itu…
Masih ingat kan hasil penelitian mas Iip Wijayanto yang katanya 97,05% mahasiswa Jogja kehilangan keperawanan? selengkapnya bisa dibaca disini
sebenarnya kalau menurut saya sih bukan valid tidaknya hasil penelitian mas iip itu yang bikin geger di kalangan para petinggi Jogja dan juga akademisi bahkan para mahasiswa Jogja yang merasa masih perawan. Yang lebih penting dari pengungkapan hasil penelitian ini adalah ada realitas bahwa budaya mahasiswa di Jogja sudah bergeser meninggalkan nilai-nilai kultural yang selama kita anut. dan anutan nilai kultural inipun tergantung dari masyarakat yang akan menganut nilai kultural mana/apa dan dicomot dari dunia sebelah mana, sah-sah saja dan bebas-bebas aja menurut hukum yang berlaku di Indonesia karena kita negara Sekuler yang tidak mengatur kehidupan keagamaan masyarakatnya.
Bisa jadi apa yang diucapkan mas Iip itu adalah suatu pesan kepada kita bahwa Budaya Jogja sedang mengalami pergeseran apabila tidak mau disebut dekadensi. dari budaya yang selama ini kita anut dan kita kenal ke budaya yang lainnya yang datang seiring banjir informasi yang sekarang melanda masyarakat indonesia. Tanpa kedewasaan berpikir maka apa yang terjadi yang dibanjirkan oleh informasi itu kita telan mentah-mentah tanpa dikunyah, padahal masyarakat kita tuh kebanyakan suka yang instan, informasi yang diambil juga instan gak ditelaah dulu baik-buruknya bagi dirinya.
Memang kehidupan Kos di Jogja sangatlah bebas, bebas sebebas-bebasnya seperti merpati keluar dari sangkarnya apalagi yang merasa rumah adalah penjaranya] Bahkan mahasiswa/i yang saya pikir tak mungkin melakukan hal-hal yang aneh-aneh dilihat dari latar belakang keluarga dan lingkungan tempat dia berasal ternyata sama saja. tidak perduli dia berjilbab atau tidak, kuliah di universitas keagamaan atau tidak. tempat untuk melakukan hal-hal aneh bisa dimana saja. kalau di tempat kos dilarang oleh ibu kos mereka akan meminjam kos teman dengan sedikit traktiran. atau lari ke motel yang bertebaran dijogja.
budaya hedonis ini di jogja sudah sedemikian terangbenderang, lihat di sepanjang jalan banyak sekali bertebaran spanduk, baliho, pamflet yang menawarkan hiburan dengan embel-embel erotik, seksi dancer dan disponsori pula oleh minuman2 beralkohol. semua jelas ditulis di spanduk2 itu…
Di Jalan Solo-Babarsari timur RM. Suharti) dan menyolok (perempatan selatan-timur Kampus UKDW), kalau anda sempat memperhatikan syukurlah, kata-kata mencolok dipajang disitu. Sebuah acara dengan tema GLOBAL HEDONISM akan digelar di salah satu tempat hiburan.
Jadi, apa kehidupan model begitu yang kita inginkan terjadi di Indonesia? Pantas RUU Pornografi sulit diketok untuk disahkan. Global Warming sudah cukup memusingkan kita, malah semestinya hal ini sudah menjadi global warning atas perilaku kita semua selama ini, mengapa jadi begini situasi dunia sekarang. Eh, malah kini diperparah dengan Global Hedonism, apa kita harus diam? Ini urusan individu masing-masing? Semestinya setiap Hak Asasi Manusia untuk ngapa-ngapain di dunia ini tetap ada batasnya yaitu berhadapan dengan Kewajiban Asasi Manusia.
Jadi, apa kehidupan model begitu yang kita inginkan terjadi di Indonesia? Pantas RUU Pornografi sulit diketok untuk disahkan. Global Warming sudah cukup memusingkan kita, malah semestinya hal ini sudah menjadi global warning atas perilaku kita semua selama ini, mengapa jadi begini situasi dunia sekarang. Eh, malah kini diperparah dengan Global Hedonism, apa kita harus diam? Ini urusan individu masing-masing? Semestinya setiap Hak Asasi Manusia untuk ngapa-ngapain di dunia ini tetap ada batasnya yaitu berhadapan dengan Kewajiban Asasi Manusia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

© 2008 Opini publik cewek yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar